
Partai SRI membuka harapan Orang Biasa
Perspektif Online
03 December 2011
oleh: Didiet Budi Adiputro bersama Wimar Witoelar
Dalam waktu seminggu lebih, sekitar 16 Desember akan ada peristiwa yang dapat mengubah masa depan. Peristiwa itu adalah Verifikasi Partai SRI. Begitu dinyatakan resmi oleh pemerintah, perspektif masa depan kita akan berubah.
Ini dibahas oleh kelompok warga Bekasi yang berkumpul di suatu rumah tinggal di kawasan Jaka Permai. Wimar Witoelar membeberkan perspektif masa depan dilihat dari kacamata SMIK dan Partai SRI. Intinya, Wimar menjelaskan bahwa masa depan kita diwarnai oleh munculnya harapan. Yaitu harapan mempunyai kehidupan yang lebih wajar, dengan menghentikan korupsi dan keserakahan yang merajalela. Harapan ini bisa muncul dengan dipilihnya Presiden yang jujur, tegas dan mampu. Orang itu untuk 2014 adalah Sri Mulyani atau pemimpin lain yang memenuhi tiga kriteria: jujur, tegas dan mampu.
Ketiga kriteria ini adalah syarat perlu dan cukup pemimpin Indonesia masa depan. Presiden SBY menurut Wimar, adalah seorang jujur dan mampu karena tidak terlibat korupsi, tapi tidak tegas. Sementara Ical Bakrie orangya tegas , kira – kira mampu tapi jauh dari kata jujur. “Sejauh ini pilihan politik itu ada pada Sri Mulyani yang berhadapan dengan calon lain”, ujar Wimar. Tapi bukan berarti mengusung itu sama dengan mengultuskan pribadi Sri Mulyani. Karena para pendukung SMI –K dan Partai SRI yang kebanyakan adalah orang biasa ini, dipertemukan oleh nilai-nilai yang kebetulan dibawa oleh Sri Mulyani, yaitu integritas dan etika publik. Jika ada tokoh lain yang memenuhi syarat itu, maka SMI-K tidak ragu untuk mendukung calon tersebut. Namun hingga kini baru Sri Mulynilah yang memenuhi syarat itu.
Harapan kita akan terpilihnya SMI ada pada sekitar 40 juta orang yang tidak memilih pada pemilu 2009 lalu. Golput ini akan punya pilihan baru jika SRI berhasil menjadi partai kontestan Pemilu. Tapi jangan sampai harapan yang muncul di depan mata ini dihabiskan oleh gairah tanpa pembangunan infrastruktur politik. Yang terpenting adalah komitmen orang biasa untuk ikut memilih pada Pemiu 2014, dan memilih berdasarkan hati nurani.
Selanjutnya Wimar mengatakan, “Kita tidak perlu persoalkan SMI mau apa tidak dicalonkan. Yang perlu ditanya siap atau tidak adalah kita, bagaimana mengorganisasi dan menyiapkan kendaraannya” tegas aktivis media yang juga sahabat SMI ini.
Dalam pertemuan dengan suasana hangat yang dihadiri sekitar 30an orang ini, Wimar berterima kasih pada tingkat apresiasi peserta, yang digambarkannya lebih bermanfaat daripada pidato satu arah dengan dihadiri puluhan ribu orang tanpa pengertian. Mudah-mudahan Indonesia tidak seperti Mesir, dimana rakyatnya setelah berhasil menjatuhkan Presiden Mubarak justru sekarang bergerak lagi untuk kembali menjatuhkan pemerintahan transisi. Hal ini terjadi antara lain karena ketidaksiapan infrastruktur politik yang mantap.
7 Comments: